Umar Bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz biasa menunaikan shalat di tempat yang gelap. Kemudian setelah selesai, dia masuk ke kamar putri-putrinya dengan memberi salam kepada mereka.
Pada suatu hari, saat putri-putrinya mengetahui ayah mereka masuk, mereka segera menutup mulut mereka dengan kedua tangan kemudian bergegas ke balik pintu. Melihat kejadian ini Umar bertanya kepada pengasuh anaknya, “Apa yang terjadi dengan mereka?”
Pengasuhnya menjawab, “Tidak ada sesuatu yang dapat mereka santap untuk makan malam, kecuali hanya Adas dan bawang merah. Karena itulah mereka tidak ingin engkau mencium baunya dari mulut mereka.”
Mendengar penjelasan itu Umar menangis, kemudian berkata kepada putri-putrinya, “Wahai putri-putriku, apa manfaatnya jika kalian dapat makan malam dengan beraneka macam makanan, tapi itu menyebabkan ayah kalian masuk ke dalam naar (neraka).”
Putri-putrinya pun menangis keras ketika mendengar penjelasan ayah mereka, kemudian umar pun keluar dari tempat tersebut.
Di lain kesempatan :
Umar Bin Abdul Aziz sering menerim kurir pembawa berita dari sebagian penjuru daerah kekuasaanya. Lalu pada suatu hari, ada seorang kurir yang sampai di tempatnya tepat pada malam telah tiba. Diapun mengetuk pintu rumahnya dan disambut oleh penjaga pintu. Kurir tersebut berkata, “Beritahukan Umar bin Abdul Aziz kalau ada utusan dari fulan, pegawainya.”
Umarpun diberitahu , saat itu dia hendak beranjak tidur, dan dia pun langsung duduk seraya berkata, ‘Izinkan dia masuk.”
Utusan itu masuk. Kemudian Umr mengambil lilin yang besar, lalu dinyalakannya. Setelah itu, dia mempersilahkan utusan tersebut duduk. Kemudian dia bertanya kepada utusan itu tentang kondisi para penduduk, baik kaum muslimin maupun orang-orang dzimmi, bagaimana perilaku pegawainya, bagaimana harga barang-barang di kota tersebut, bagaimana anak-anak keturunan kaum muhajirin dan Anshar,ibnu sabil, orang-orang miskin, apakah semua mendapatkan haknya? Semua pertanyaan itu dikemukakan Umar pada utusan tersebut.
Utusan itu memberitahukan segala hal yang diketahuinya. Semua dikemukakan sampai tidak ada satupun yang tersisa atau disembunnyikan. Setelah umar selesai menanyakan berbagai hal, utusan itu balik bertanya, “wahai Amirul Mukminin, bagaimana dengan kesehatanmu?Bagaimana kesehatan keluarga bendaharamu?Siapakah yang engkau tunjuk untuk mengurusi perbendaharaan negara?”
Mendengar pertanyaan itu. Umar langsung meniup lilin tersebut hingga padam dengan sekali tiupan. Kemudian dia berkata, “Wahai pemuda..saya masih punya lampu.” Kemudian dia mengambil lampu sumbu yang nyalanya hampir saja meredup. Setelah itu dia berkata, “Sekarang, tanyakanlah apa yang ingin kamu tanyakan.”
Utusan tersebut bertanya kepada Umar tentang kesehatannya, Umarpun memeberitahukan kesehatannya, anak lelakinya dan keluarganya kepada utusan tersebut.
Namun utusan tadi merasa heran, dengan tindakan umar yang mematikan lilin sehingga diapun bertanya, “Wahai amirul Mukminin, saya lihat engkau melakukan sesuatu yang belum pernah aku lihat dilakukan orang lain.” Umar balik bertanya, “Apa itu?”
Utusan itu menjawab, “Engkau memadamkan lilin itu saat aku bertanya tentang kesehatanmu.”
Umar berkata, “Wahai hamba Allooh, lilin yang saya matikan itu adalah harta milik Allooh dan kaum muslimin. Saat saya bertanya kepadamu tentang berbagai kebutuhan dan permasalahan mereka, maka nyala lilin itu adalah untuk kemaslahatan dan kepentingan mereka. Sedangkan saat engkeu bertanya tentang kondisiku dan keluargaku, maka akupun memadamkan nyala lilin kaum muslimin itu.”
Utusan itu berkata, “Alangkah baiknya engkau, Umar. Betapa besar perhatianmu terhadap harta kaum muslimin.”
Cerita lainnya :
Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Hasan Al Basri yang berisi, “Berilah aku nasehat yang ringkas, namun padat.” Kemudian Hasan Al Basri membalasnya dengan berkata, “Hal utama yang dapat memperbaiki dirimi dan apa yang ada di tanganmu adalah berlaku zuhud terhadap dunia. Dan sifat zuhud itu hanya dapat dicapai dengan keyakinan, sedangkan keyakinan dapat diraih dengan bertafakur. Adapun kegiatan berfikir itu dapat memberikan pelajaran. Jika kamu memeikirkan dunia, maka kamu tidak akan menemukan orang yang mau menjual dunianya kepadamu. Bahkan kamu akan menemukan dirimu sebagai orang yang memuliakan dunia dengan segala kehinaannya. Ingatlah bahwa dunia hanyalah rumah ujian dan tempat yang melalaikan.”
Dalam kesempatan lain, Al Hasan Al-Basri menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz yang berisi, “Wahai amirul mukminin,sesungguhnya kehidupan yang lama di dunia fana’ ini tidak ada artinya. Karena itu, ambillah dari kehidupan dunia yang fana ini sesuatu yang dapat menjadi bekal bagi kehidupan akhiratmu yang kekal.”
Ketika Umar membaca surat itu, dia menangis dan berkata, “Abu Said memberi nasihat yang ringkas namun padat.”

Posting Komentar

 
Top