Assalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh

Doa adalah ibadah yang sangat agung, yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hakikat doa adalah menunjukkan ketergantungan kita kepada Alloh dan berlepas diri dari daya dan upaya makhluk. Doa merupakan tanda Ubudiyah (penghambaan diri secara totalitas kepada Alloh). Doa juga merupakan lambang kelemahan manusia. Di dalam ibadah doa terkandung pujian terhadap Alloh.

“Doa merupakan silah (senjata) bagi kaum Mukminin. Juga, do’a adalah inti dari suatu peribadatan.”(HR. Bukhari & Muslim)

Hadits yang terdapat dalam Shahih Imam Bukhari & Shahih Imam Muslim ini merupakan penegasan kembali atas firman Allah swt dalam QS. Al-Mukmin/40:60:

“Berdoalah kalian semua kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do’amu. Sesungguhnya orang-orang yang angkuh – tak mau berdo’a – dalam peribadatannya kepada-Ku, kelak akan masuk neraka jahanam secara tragis (hina).”

Mengapa do’a menjadi senjata dan inti dari peribadatan bagi kaum mukminin?

Karena, menurut Said Aqiel Siradj (2001:7), do’a selalu dan ‘lebih’ menekankan pada dimensi spiritual. Dan dimensi spiritualitas dapat mengambil bentuk yang beraneka ragam.

Dari sekian banyak doa, sebagian besar orang meminta kekayaan dan ketenangan. Dan keduanya bisa cepat didapat dengan cara MEMBERI

Memberi sesungguhnya merupakan pangkal kebahagiaan. Sebaliknya, meminta atau menuntut (getting) merupakan sumber keresahan. Kalau kita memberi, kita akan merasa lega dan gembira, sedangkan kalau kita menuntut, apalagi jika tuntutannya besar dan tak dipenuhi, kita akan merasa jengkel dan kecewa. Itu sebabnya agama (Islam) menyuruh kita agar memberi bukan meminta.

Bahkan dalam Alquran disebutkan hitungan-hitungan angka berlipatnya kebaikan. Kebaikan satu akan berbalas 100. Logika memberi tapi tidak mengurangi. Di sini ada timbal balik, memberi tapi pada saat yang sama menerima. Demikian pula dengan memberikan harta atau bentuk kebaikan lain. Bila kita renungkan, memberikan harta kita dalam Islam dikatakan sebagai menyucikan harta yang dimiliki. Secara teologis pun sudah ditegaskan bahwa tak ada yang “gratisan” ketika mengeluarkan harta. Sesungguhnya itu bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan diri sendiri.

Perhatikanlah perbedaan air yang menggenang dan yang mengalir. Air yang menggenang apalagi menumpuk diam dalam suatu wadah lama-kelamaan air akan keruh dan menjadi sarang bibit nyamuk yang bisa membawa penyakit demam berdarah, ditambah lagi baunya tak sedap.

Tapi lihatlah air yang mengalir.
Dia sebaliknya bukan saja lebih bersih, melainkan juga membersihkan kotoran-kotoran yang dilewatinya dan tidak berbau.

Posting Komentar

 
Top