by : Kholili S.

Assalamu'alaikum warohmatullohi wa barokatuh

"Sesungguhnya manusia itu di ciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir,Apabila di timpa kesusahan ia berkeluh,Dan apabila mendapat kebaikan ,ia kikir "{Qs.Al-Ma'aarij : 19-21 }

Sudah fitrahnya manusia terlahir dalam suasana batin yang serba keluh kesah, putus asa dan gemar menyerah diri pada ikhtiar mencari jalan yang benar, keengganan melihat dari sudut yang berbeda telah menciptakan suasana tidak nyaman bagi diri kita sendiri.Dan percaya atau tidak, pikiran negative itu akan berpengaruh jelek pada kita.

Namun apabila kita menyadari akan kebesaran Alloh dan betapa kecilnya diri kita, maka sepatutnyalah kita harus selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan Alloh kepada kita.

"La insyakartum la azidannakum wa la inkafartum ina azabi lasadid (Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah(ni'mat)kepadamu, dan jika kamu mengingkari maka sesungguhnya azabKu sangat pedih....)"{QS Ibrahim : 14}

Coba kita renungkan cerita berikut ini :

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung, dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.
"Bagaimana perjalanan kali ini?"
"Wah, sangat luar biasa Ayah"
"Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin" kata ayahnya.
"Oh iya" kata anaknya
"Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?" tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab.
"Saya saksikan bahwa kita hanya punya satu kuda, mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki pemandangan sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita."

"Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi."

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan "Terimakasih Ayah, telah menunjukan kepada saya, betapa miskinnya kita.’

Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang.

Semua itu membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Alloh sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita, daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih dan yang kita tidak punya.

Bazer Jamhar, seorang bijak menasehati :
"Kesulitan yang datang sebelum kemudahan itu laksana rasa lapar yang datang sebelum ada makanan."

Dari nasehat itu kita bisa ambil pengertian, bahwa kesulitan akan menambah kenikmatan setelah pekerjaan kita selesai. Bukankah makanan akan terasa leza dan enak ketika kita makan dalam keadaan lapar ?......

Maka, berhati-hatilah kita dengan keluh kesah karena itu akan membawa pada dosa dan mengingkari nikmat ALLOH.

Wallahu a'lam bish shawab.

Posting Komentar

 
Top