Mabrur Sebelum Berhaji

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTMVd0XbSDI/AAAAAAAAAEk/jiMzFDsjVJw/s1600/haji.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="131" src="http://1.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTMVd0XbSDI/AAAAAAAAAEk/jiMzFDsjVJw/s200/haji.jpeg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #3d85c6;"><b style="color: orange;">Sa'id Ibnu Muhafah</b>, Tukang Sol sepatu yang mendapatkan pahala haji mabrur, padahal ia tidak haji.</span></div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Suatu ketika Hasan Al-Basyri menunaikan ibadah haji. Ketika beliau sedang istirahat, beliau bermimpi. Dalam mimpinya beliau melihat dua Malaikat sedang membicarakan sesuatu.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Rasanya orang yang menunaikan haji tahun ini banyak sekali" komentar salah satu Malaikat.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Betul" jawab yang lainya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Berapa kira - kira jumlah keseluruhan?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Tujuh ratus ribu"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Pantas"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Eh, kamu tahu nggak, dari jumlah tersebut berapa kira - kira yang mabrur" selidik Malaikat yang mengetahui jumlah orang - orang haji tahun itu</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Wah, itu sih urusan Allah"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Dari jumlah itu, tak satupun yang mendapatkan haji Mabrur"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Kenapa?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Macam - macam, ada yang karena riya', ada yang tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu dan dia malah haji, ada yang hajinya sudah berkali kali, sementara masih banyak orang yang tidak mampu, dan berbagai sebab lainnya"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Terus?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Tapi masih ada, orang yang mendapatkan Pahala haji mabrur tahun ini"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Lho katannya tidak ada"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Ya, karena orangnya tidak naik haji"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Kok bisa"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Begitulah"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Siapa orang tersebut?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Sa'id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Mendengar ucapan itu, Hasan Al-Basyri langsung terbangun. Sepulang dari Makkah, ia tidak langsung ke Mesir, Tapi langsung menuju kota Damsyiq (Siria).</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sesampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa'id bin Muhafah.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Ada, ditepi kota" Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sesampai disana Hasan Al-Basyri menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Benarkah anda bernama Sa'id bin Muhafah?" tanya Hasan Al-Basyri</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Betul, kenapa?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sejenak Hasan Al-Basyri kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Sekarang saya tanya, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, barang kali mimpi itu benar" selidik Hasan Al-Basyri sambil mengakhiri ceritanya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Saya sendiri tidak tahu, yang pasti sejak puluhan tahun yang lalu saya memang sangat rindu Makkah, untuk menunaikan ibadah haji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Dan pada tahun ini biaya itu sebenarnya telah terkumpul"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Tapi anda tidak berangkat haji"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Benar"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Kenapa?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Waktu saya hendak berangkat ternyata istri saya hamil, dan saat itu dia ngidam berat"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Terus?"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Ngidamnya aneh, saya disuruh membelikan daging yang dia cium, saya cari sumber daging itu, ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh, disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil. Ia bilang tidak boleh, hingga saya bilang bahwa dijual berapapun akan saya beli, dia tetap mengelak.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Akhirnya saya tanya "Kenapa...?</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan" katanya</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Kenapa?" tanyaku lagi ,</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakanya tentulah kami akan mati kelaparan," jawabnya sambil menahan air mata.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Mendengar ucapan tersebut sepontan saya menangis, lalu saya pulang, saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, akhirnya uang bekal hajiku kuberikan semuanya untuk dia"</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Mendengar cerita tersebut Hasan Al-Basyripun tak bisa menahan air mata.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">"Kalau begitu engkau memang patut mendapatkanya" ucapnya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #6aa84f; text-align: justify;"><i><b>"Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, maka ia tidak boleh menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya, maka Alloh akan menolongnya untuk memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan suatu kesusahan dari seorang muslim (saudaranya), maka Alloh akan menghilangkan kesusahannya dari bermacam-macam kesusahan di hari qiamat. Dan barangsiapa menutupi kekurangan seorang muslim (saudaranya), maka Alloh akan menutup kekurangannya pada hari qiyanat. "(HR Bukhori dan Muslim)</b></i></div>

Mabrur Sebelum Berhaji

Sa'id Ibnu Muhafah , Tukang Sol sepatu yang mendapatkan pahala haji mabrur, padahal ia tidak haji. Suatu ketika Hasan Al-Basyri menunai...

Baca selengkapnya »

KITA BUTUH MEREKA

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTMXxoz4DoI/AAAAAAAAAEs/MN1m4_Qe84Q/s1600/pejabat.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="105" src="http://4.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTMXxoz4DoI/AAAAAAAAAEs/MN1m4_Qe84Q/s200/pejabat.jpeg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #3d85c6;">Suara dering telepon selular mengagetkan saya di pagi hari.</span></div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Benar saya berbicara dengan Bapak … ?” suara di seberang telepon menyebut nama saya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Saya pun mengiyakan tanpa basa-basi.,</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Kemudian, suara yang terdengar tegas itu mengaku mengatasnamakan Bapak RI-1, alias presiden negeri ini dan menjelaskan bahwa atasannya itu hendak berkunjung ke rumah saya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Bapak bercanda kali! mana mungkin Presiden mau ke rumah saya? Lagi pula beliau kan tidak kenal saya dan ada urusan apa orang penting seperti beliau ke rumah saya?” kata saya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Tidak perlu banyak cakap, Pak, sebutkan alamat lengkap Bapak, kami akan datang sore ini juga, Presiden mau berbuka puasa bersama Anda!” suaranya makin tegas, mungkin ia mantan tentara atau malah masih aktif.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Orang sepenting RI-1 mau ke rumah saya? Ah, saya tidak percaya, ini pasti orang mau menipu saya. Maka saya pun mencoba melakukan verifikasi, seperti halnya saya ketika ditelepon pihak bank.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Maaf, boleh sebutkan tanggal lahir Bapak Presiden? Nama ibu kandung Beliau? Alamat lengkapnya?”</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Anda menghina saya? Tidak hormat pada Presiden?” gertaknya. Nampaknya ia mulai tidak sabar berbicara dengan saya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Ya kalau Anda memang mengatasnamakan Bapak Presiden, jawab saja pertanyaan saya, Anda pasti tahu kan? Ini sekadar meyakinkan saya bahwa Anda tidak hendak menipu saya,” jawab saya lagi tak mau kalah. Sebenarnya, kalau dia mau menipu, apa sih yang diharapkan dari saya? Toh saya tidak punya apa-apa.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Tiba-tiba…</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Assalaamu’alaykum…” suara yang berbeda dari sebelumnya. Namun kali ini, saya rasa mengenal suaranya. Sangat tidak asing karena kerap saya dengar di televisi. Masya Allah…!!! Nyaris tertahan napas saya, sementara dada ini berdegup kencang sekali.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Suara itu… ya, suara RI-1! Rupanya orang tadi benar dan tidak hendak menipu saya. Mungkin Pak Presiden tidak sabar dan mau berbicara langsung dengan saya. Eh, tapi… bukankah banyak pelawak yang bisa menirukan suara beliau?</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Ini benar Bapak Presiden? Coba sebutkan tanggal lahir Anda, nama ibu kandung dan alamat lengkap…” verifikasi lagi.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sebenarnya, kalau dia sebutkan pun saya juga tidak tahu apa-apa soal data itu, selain alamat lengkap beliau. Tetapi intinya, saya percaya ini benar dan semakin membuat dada saya berdegup. Mau apa? Memangnya beliau kenal saya? Siapa saya? Sudah bikin dosa apa saya, sehingga orang nomor satu negeri ini mau ke rumah saya?</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Langsung saya panggil istri saya, tanya di rumah ada persediaan makan apa. “Beras sih ada, sama tempe sisa kemarin…” jawab istri saya.,</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Panik saya. Langsung saya perintahkan—biasanya minta tolong—istri untuk belanja semua makanan yang lezat, daging, sayuran terbaik, dan jangan lupa buah-buahan yang beraneka ragam. Tentu kepanikan saya membuat istri bingung, “Siapa yang mau datang sih? Kok segitu repotnya?”</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Presiden!” jawab saya singkat.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Bercanda ah….” Betul kan, istri saya saja tidak percaya, saya juga sebenarnya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Buat beli segala macam tadi, uangnya mana?” istri saya masih bingung, masalahnya memang tidak ada cukup uang untuk beli semua keperluan tadi. Saya pun terduduk lemas, tidak tahu harus mencari pinjaman dari mana untuk menyambut tamu mulia sore nanti.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Yang mau datang ini orang terhormat, mulia dan disegani. Maka menyambutnya pun tidak boleh asal dan sembarangan. Saya harus membersihkan rumah, tidak boleh ada setitik debu pun menempel di lantai. Dinding harus bersih dari coretan, sudut-sudut ruangan jangan ada ramat-ramat. Kamar mandi harus disikat dan wangi, biar Presiden nyaman berlama-lama di kamar mandi saya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Bagaimana kalau beliau mau menginap? Wah, ganti seprei, bantal guling beli yang baru kalau perlu. Kasur pun harus dijemur dulu, biar empuk dan hangat saat dipakai.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Seluruh isi rumah jadi kelabakan, sampai anak-anak saya pun ikut sibuk membantu bersih-bersih, setidaknya kamar mereka sendiri. Karena kamar di rumah kami hanya dua, berarti malam nanti saya dan istri harus tidur berdesak-desakan bersama anak-anak. Tidak apa-apa, yang penting Presiden merasa nyaman selama berada di rumah saya.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Untungnya…</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Cerita di atas tadi tidak sungguh-sungguh terjadi. Tetapi kalau benar-benar terjadi, benarkah saya sepanik itu mempersiapkan kedatangan seorang pemimpin negara?</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Bagaimana jika telepon saya berbunyi dan suara di seberang berkata, “Pak, nanti sore ada beberapa anak yatim akan datang ke rumah untuk berbuka puasa.…”</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sepanik itukah saya? Serepot ketika hendak menyambut presidenkah saya? Apakah saya akan menyiapkan semua yang terbaik untuk anak-anak yatim? Bahkan rela meminjam uang dari tetangga untuk membeli makanan?</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Bukankah kita diperintahkan memuliakan anak yatim? Bukan sekadar menyayangi atau mencintai. Jika saya sebegitu sibuk saat hendak menyambut presiden, bagaimana sikap saya menyambut tamu mulia anak-anak yatim?</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">* * *</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Pernah suatu hari Ali bin Abi Thalib menangis. Ketika ditanya sebab apa menantu Rasulullah itu menangis, ia menjawab, “Sudah satu minggu tak ada seorang tamu pun yang datang kepadaku untuk meminta sesuatu. Aku khawatir Allah sedang menghinakan aku.”</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Karakter seperti Ali bin Abi Thalib ini memang terbilang langka dan unik. Kebanyakan orang justru menghindar dan bersembunyi kalau ada orang yang datang ke rumahnya hendak meminta bantuan. Misalnya saja mereka yang dari balik pagar rumahnya berteriak, “Maaf, tidak ada orangnya” kepada para pengemis yang berdiri mematung di depan pagar. Padahal, boleh jadi pengemis tua itu benar-benar memerlukan bantuan.,</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Memang dipandang dari sisi kita, nampaknya pengemis tua renta itu yang memerlukan pertolongan. Namun dilihat dari sudut yang berbeda, sesungguhnya kitalah yang memerlukan pengemis atau siapa pun dari kaum dhuafa itu, karena merekalah kunci surga yang ditebarkan Allah di muka bumi. </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Seperti ditegaskan Rasulullah dalam satu hadisnya, <i style="color: #6aa84f;"><b>“Segala sesuatu ada kuncinya, dan kunci surga adalah mencintai orang-orang miskin” (H.r. ad-Daruqutni dan Ibnu Hibban)</b></i>.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> Kepada istrinya, Rasulullah pernah berpesan, <i style="color: #6aa84f;"><b>“Wahai Aisyah, cintailah orang miskin dan akrablah dengan mereka, supaya Allah pun akrab juga dengan engkau pada hari kiamat” (H.r. al-Hakim).</b></i></div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Dalam hadis lain, Nabi Allah pun berkata, <i style="color: #6aa84f;"><b>“Allah semakin memperbanyak kenikmatan-Nya kepada seseorang karena ia banyak dibutuhkan orang lain. Barang siapa enggan memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang lain berarti ia telah merelakan lenyapnya kenikmatan bagi dirinya” (H.r. Baihaqi).,</b></i></div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Banyak hal yang bisa kita perbuat guna membantu dan meringankan beban orang lain di sekeliling kita. Sebanyak orang-orang lemah (dhuafa) yang bertebaran di sekitar kehidupan kita. Coba perhatikan di sudut-sudut jalan, atau ke mana pun wajah ini dihadapkan, akan mudah terlihat beragam golongan kaum dhuafa. Jika kita sedikit ‘gerah’ dengan aksi orang yang berpura-pura menjadi pengemis, alihkan pandangan kita ke rumah-rumah yatim piatu. Atau menjenguk ke rumah sakit untuk melihat betapa banyaknya orang-orang sakit yang kebingungan membayar biaya perawatan. Sesungguhnya, di luar rumah sakit masih lebih banyak orang yang meregang nyawa tanpa pertolongan karena tidak memiliki biaya sedikit pun untuk pergi ke dokter atau rumah sakit.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Jika tidak berupa materi karena kondisi kita pun dalam kesempitan, tetap saja kita tidak kehilangan kesempatan untuk berbuat sesuatu untuk orang lain. Bantuan materi tak melulu harus dari kantong kita, jika tak mampu. Maka bantulah orang yang mampu untuk menemukan kunci-kunci surga itu, dengan cara memberikan informasi tempat-tempat dan orang yang membutuhkan pertolongan. Dengan demikian, kita telah menjadi perantara bagi keduanya, yang menolong dan yang ditolong.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Allah Swt bertanya kepada Nabi Ibrahim ’Alayhi Sallam, “Tahukah kamu mengapa Aku memberi gelar kepadamu Khalilullah—kekasih Allah?” Nabi Ibrahim menjawab, “Tidak tahu, ya Rabb!” Lalu Allah menegaskan, “Lantaran kamu suka memberi makan orang-orang miskin dan shalat di kala orang lain sedang tertidur lelap.”</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Maka sesungguhnya, tidak hanya Ibrahim ’Alayhi Sallam yang mampu merebut gelar itu dari Allah. Setiap hamba memiliki kesempatan yang sama dengan Ibrahim untuk menjadi kekasih Allah. Caranya seperti yang dilakukan Nabi Allah itu, suka memberi makan orang miskin dan bangun di waktu malam untuk bermunajat kepada Allah Swt.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Rasulullah Saw dalam hadis lain mengatakan, <i style="color: #6aa84f;"><b>“Orang yang bekerja keras untuk membantu janda dan orang miskin adalah seperti pejuang di jalan Allah atau seperti orang yang terus-menerus shalat Malam atau terus berpuasa” (H.r.. Muslim)</b></i>. </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> Artinya, memberi sesuatu kepada kaum dhuafa memiliki nilai yang sama dengan berjihad di jalan Allah. Sayangnya, hal ini seringkali tidak kita sadari. Sudahlah kerap lalai qiyamullail, membantu orang miskin pun tidak kita lakukan.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Khalifah Umar bin Khaththab, salah seorang shahabat yang memberi contoh nyata bagaimana berupaya menjadi kekasih Allah. Pernah suatu malam Auza’iy ‘memergoki’ Khalifah Umar masuk rumah seseorang. Ketika keesokan harinya Auza’iy datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang datang ke rumahnya untuk mengirim makanan dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak pernah tahu siapa orang tersebut! Padahal, orang yang mengunjunginya tiap malam tersebut tak lain adalah adalah Khalifah yang selama ini sangat ia kagumi.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Pada suatu malam lainnya ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota, tiba-tiba ia mendengar rintihan seorang wanita dari dalam sebuah tenda yang lusuh. Ternyata yang merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan. Di sampingnya, duduk suaminya yang tengah kebingungan. Maka pulanglah sang Khalifah ke rumahnya untuk membawa istrinya, Ummu Kultsum, untuk menolong wanita yang akan melahirkan anak itu. Tetapi wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa orang yang menolongnya dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul Mukminin yang dia hormati.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Pada kisah lainnya, Khalifah Umar berjalan di tengah malam berkeliling perkampungan untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Kemudian ia mendapati sebuah gubuk reot dan terdengar suara tangis anak-anak di dalamnya. Dari celah gubuk reot itu ia melihat seorang ibu yang tengah berusaha menenangkan anaknya yang menangis karena kelaparan. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apa pun untuk dimasak malam itu.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Umar mendengar si ibu berkata kepada anaknya, “Berhentilah menangis, sebentar lagi makanannya matang….” Namun kemudian Umar terperanjat ketika melihat bahwa yang dimasak oleh ibu itu adalah sebuah batu. Sandiwara sang ibu yang berpura-pura memasak itu hanya untuk meredam tangis anaknya yang tak henti karena rasa lapar. Melihat pemandangan itu Umar sangat sedih dan merasa berdosa. Ditemani pengawalnya, Umar pergi ke gudang penyimpanan makanan negara dan mengangkut sendiri karung gandum itu!</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">“Izinkanlah saya yang akan membawa dan memanggul gandum itu,” pinta sang pengawal. “Biarlah aku yang mengangkat dan memanggul gandum ini. Ini adalah tanggung jawabku. Dan aku akan menebus dosa-dosaku yang telah menyengsarakan rakyatku,” kilah Umar bin Khaththab.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Di masa sekarang, mungkin terdengar aneh kalau ada kasus orang yang memasak batu karena kelaparan. Tetapi kita pun tak bisa menutup mata atas beberapa peristiwa yang pernah terungkap di media massa berkenaan dengan kemiskinan. </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> Tentang seorang anak Sekolah Dasar yang mencoba bunuh diri karena tidak punya buku pelajaran, tentang sekeluarga yang meninggal karena kelaparan, atau jutaan orang yang terjerat utang dan jatuh dalam rantai baja rentenir.</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Insya Allah, banyak kesempatan untuk menjadi kekasih Allah di masa kini. Segera ambil kesempatan ini, atau orang lain yang merebutnya dari depan mata kita. Berbagilah dengan sesama, tanpa harus menunggu tamu yang hadir di rumah kita adalah Presiden.,</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: #45818e; text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Judul Buku: Oase Hati,</span></div><div style="color: #45818e; text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Penulis: Bayu Gawtama,,</span></div>

KITA BUTUH MEREKA

Suara dering telepon selular mengagetkan saya di pagi hari. “Benar saya berbicara dengan Bapak … ?” suara di seberang telepon menyebut nama...

Baca selengkapnya »

MENGUBAH BATU MENJADI ROTI

<a href="http://2.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TRAsOpEJ1nI/AAAAAAAAABw/MQR1T4pKBPE/s1600/100_0754.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5552986970600887922" src="http://2.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TRAsOpEJ1nI/AAAAAAAAABw/MQR1T4pKBPE/s320/100_0754.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 240px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 320px;" /></a><br /> <div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;">oleh : M. Zunaidi </div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;">Islam adalah agama yang bisa mengubah batu menjadi gandum atau roti, atau bahkan mengubah batu menjati bom, dan kalau saja setiap muslim bisa memahami Islam dengan Benar mungkin tak akan pernah ada lemparan batu saat aksi demonstrasi,karena batu batu itu berubah menjadi roti yang akan menyumpal setiap ruang kelaparan yang ada.</div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;">tentang batu yang menjadi bom, di buktikan oleh bocah bocah suci palestina, tak perlu kita banyak bertanya..</div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;">di kisahkan suatu hari ada seorang ibu tua yang hidup di rumah reot beserta ke empat anaknya, keempat anaknya menangis karena lapar, dan ibu itu tak punya sesuatu untuk dimakan, akhirnya untuk menidurkan anak anaknya, ibu itu merebus batu, agar anaknya bisa tidur dalam proses penantian menunggu matangnya batu rebus yang tak akan pernah matang itu.</div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;">Pada detik detik detik mengahrukan itulah seorang muslim bernama Umar bin Khotob datang ke tempat itu, setelah Umar tahu apa yang di lakukan keluarga itu, umar lari secepat kilat menuju gudang, ia ambil sepikul gandum dan memberikanya kepada ibu tua itu, ia telah mengubah batu menjadi gandum...SUBHANALLOH....</div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;"><br /> </div><div style="background-color: #3d85c6; text-align: justify;">Ayo sobat pejuang kita bisa mewarisi ilmu kebatinan tingkat tinggi ini, dan nanti kita akan bisa mengubah batu menjadi roti atau menjadi bom yang menakutkan lawan</div>

MENGUBAH BATU MENJADI ROTI

oleh : M. Zunaidi Islam adalah agama yang bisa mengubah batu menjadi gandum atau roti, atau bahkan mengubah batu menjati bom, dan kalau sa...

Baca selengkapnya »

8 MACAM NERAKA

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTMZe9Ad7oI/AAAAAAAAAEw/xdM98AP6JrA/s1600/api.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTMZe9Ad7oI/AAAAAAAAAEw/xdM98AP6JrA/s200/api.jpeg" width="200" /></a></div><div style="color: #45818e; text-align: justify;"><span class="fullpost">oleh</span> : Abu Zhafif</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sobat Gapakin,neraka adalah tempat penyiksaan dan ini mempunyai nama yang bermacam-macam, sebagaimana yang tertulis ini dan tertera didalam kitab suci Al-Qur’an :</div><ul style="color: orange; text-align: justify;"><li><b>Jahanam</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Apakah orang-orang itu tidak mengerti bahwa sesungguhnya siapa saja orang yang membantah (yakni berani durhaka) kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh siksa Neraka Jahanam, kekal didalamnya dan yang sedemikian ini adalah suatu kehinaan yang besar sekali.” ( QS. At-Taubah : 63 )</span><br /> </li> <li> <b>Al - Jahim</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Orang – orang ahli Syurga itu tidak akan merasakan kematian lagi, selain kematian yang pertama (ketika didunia itu) dan mereka itu terjaga dari siksa Neraka Jahim.” ( QS. Ad – Dukhan : 56 )</span><br style="color: #3d85c6;" /></li> <li><b>Al - Hawiyah</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Adapun orang yang ringan timbangan amalnya, maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah. Adakah engkau mengetahui, apakah Hawiyah itu? Hawiyah adalah api yang amat panas sekali.” ( QS. Al – Qori’ah : 8 – 11 )</span><br /> </li> <li><b>Wail</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Jurang Neraka Wail adalah diperuntukkan orang-orang yang mengurangi takaran (timbangan) yaitu orang yang apabila menerima takaran (timbangan) dari orang lain selalu meminta penuh, sedang apabila menakar (menimbang) untuk orang lain lalu menguranginya.” ( QS. Al – Muthaffifiin: 1-3 )</span><br style="color: #3d85c6;" /></li> <li><b>As –Sa’ir</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Dan niscayalah Kami telah memperhias langit didunia ini dengan bintang-bintang bagaikan pelita dan semuanya itu Kami gunakan untuk melempar Syaithan – syaithan. Kami telah menyediakan untuk Syaithan-syaithan ini siksa Neraka Sa’ir.“ ( QS. Al – Mulk : 5 )</span><br style="color: #3d85c6;" /></li> <li><b>Ladha</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Jangan demikian, Sesungguhnya Neraka itu disebut Neraka Ladha (yang artinya ialah api yang dahsyat sekali nyalanya), yang dapat melenyapkan kulit kepala, itulah yang menyeret orang-orang yang membelakangi kebenaran dan memalingkan mereka (yakni orang-orang kafir), juga orang yang gemar mengumpulkan serta menyimpan harta (dan tidak menetapi kewajiban zakatnya). ( QS. Al-Ma´aarij: 15-18 )<br /> </span></li> <li><b>Saqar</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Orang yang durhaka itu akan Kami masukan kedalam Neraka Saqar. Adakah engkau mengetahui, apakah Saqar itu? Saqar adalah Neraka yang tidak meninggalkan bekas apapun dan tidak ada yang tidak disukai olehnya (terhadap apapun uang diberikan padanya) Neraka Saqar ada beberapa malaikat yang menjaganya, Jumlahnya sembilan belas. “ ( QS. Al – Muddatsir : 26 – 30 )<br /> </span></li> <li><b>Al -Huthamah</b><br /> <span style="color: #3d85c6;">“Jangan demikian, niscayalah orang yang durhaka itu pasti akan delemparkan ke dalam Neraka Huthamah, Adakah engkau mengetahui apakah Huthamah itu? Huthamah itu ialah api Neraka kepunyaan Allah yang dinyalakan, menyambar naik sampai ke ulu hati. Sesungguhnya orang-orang kafir dlam Neraka huthamah itu ditutup rapt-rapt serta di ikatlah mereka itu pada tiang-tiang yang dimalangkan letaknya.” ( QS. Al – Humazah:4-9 )</span></li> </ul><div style="color: #3d85c6;"><br /> </div>

8 MACAM NERAKA

oleh : Abu Zhafif Sobat Gapakin,neraka adalah tempat penyiksaan dan ini mempunyai nama yang bermacam-macam, sebagaimana yang tertulis ini d...

Baca selengkapnya »

Memberi adalah cara Untuk menerima

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTNy2eIoigI/AAAAAAAAAE0/MtmQe1PdARA/s1600/memberi.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="143" src="http://3.bp.blogspot.com/_Qy2YWFnzBuQ/TTNy2eIoigI/AAAAAAAAAE0/MtmQe1PdARA/s200/memberi.jpeg" width="200" /></a></div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Sobat GAPAKIN yang dahsyat ...</div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Memberi itu bukan hanya memberikan kebahagiaan bagi yang menerima tapi juga menghadirkan kebahagiaan dalam hati yang memberi.<br /> </div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Maka kemudian saya katakan bahwa "<b style="color: #cc0000;">memberi adalah cara untuk menerima".<br /> </b></div><div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">Saya pernah membaca di sebuah surat kabar bahwa di Jepang memiliki satu methode untuk untuk menyembuhkan para pasient sakit jiwa,. Sobat GAPAKIN tahu bagaimana cara nya....? <span class="fullpost"> <br /> <br /> Ternyata caranya sangat sederhana yaitu membawa pasient keluar asrama dan membawa banyak makanan untuk di bagikan kepada setiap orang yang di temui,. Setelah kegiatan itu di berikan secara rutin lambat laun jiwa kemanusiaan mereka tumbuh, dan pada saat itulah mereka di nyatakan sembuh, dahsyat bukan....?<br /> <br /> Oleh karena itu marilah kita berjuang untuk bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka kebahagiaan itu akan hadir berlipat ganda dalam kehidupan kita.</span></div>

Memberi adalah cara Untuk menerima

Sobat GAPAKIN yang dahsyat ... Memberi itu bukan hanya memberikan kebahagiaan bagi yang menerima tapi juga menghadirkan kebahagiaan dalam ha...

Baca selengkapnya »